Dengerin Cerita Emas Yuuuks!!!

Emas sejak dahulu telah lekat dalam kehidupan manusia, baik sebagai nilai tukar maupun sebagai perhiasan yang umum digunakan oleh kaum hawa. Hampir seluruh suku bangsa di dunia menggunakan emas menjadi simbol kebanggaan dan penghormatan. Keberadaan emas juga menjadi salah satu tujuan ekspansi bangsa-bangsa Eropa zaman dulu. Slogan 3G, Gold (Kekayaan), Glory (Kejayaan), dan Gospel (Penyebaran Agama) yang dipegang teguh oleh para pelaut Eropa dalam menjelajah pelosok bumi sejak pertengahan abad ke-14 telah memberikan makna tersendiri bagi emas sebagai simbol kekayaan.

Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani, bangsa Eropa kehilangan akses untuk mendapatkan rempah-rempah murah di kawasan Laut Tengah. Bangsa Portugis dan Spanyol kemudian tergerak menjadi pionir untuk melakukan ekspedisi 3G di seluruh dunia yang disusul oleh Belanda dan Inggris. Emas menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para pelaut ini untuk dibawa ke negaranya. Bahkan, dalam beberapa legenda berbagai negara di belahan dunia menyebutkan adanya kota yang dibalut dengan emas sehingga mendorong semakin banyak penjelajahan oleh bangsa Eropa pada masa itu.

Seperti kisah El Dorado, Kolombia digambarkan sebagai suatu kota yang penuh dengan emas yang dicatat dalam kisah pelaut Spanyol, Juan Rodriguez Freyle dari awal abad ke-16 dengan judul The Conquest and Discovery of the New Kingdom of Granada. Bagi bangsa Eropa, emas menjadi simbol kekayaan, sedangkan bagi beberapa suku bangsa lainnya, emas menjadi suatu simbol keluhuran yang memiliki nilai religius sejak dulu. Bangsa Inca ataupun Aztec menggunakan emas untuk menjadi persembahan bagi dewa-dewa dalam ritual keagamaan mereka.

Sama halnya dengan bangsa lain, berbagai suku bangsa di Indonesia juga menggunakan emas sebagai simbol kejayaan, keluhuran budaya, dan nilai tukar. Indonesia pun sudah dikenal sebagai penghasil emas sejak dahulu, bahkan Pulau Sumatera juga dikenal dengan nama Svarnadvipa yang berarti pulau emas. Masyarakat Indonesia hingga saat ini menggunakan emas untuk dijadikan perhiasan, investasi, nilai tukar, dan juga dalam budaya sebagai mahar pernikahan.

Berharganya emas dalam kehidupan suatu masyarakat sejak dulu hingga saat ini dapat dilihat dari perjuangan banyak bangsa berlomba-lomba untuk mengumpulkannya. Namun, satu hal yang sering terlupakan bahwa emas yang digunakan oleh banyak suku bangsa di dunia adalah berasal dari kegiatan penambangan. Berbagai kawasan yang menjadi target penjelajahan seperti Pulau Sumatera, Indonesia, dan Peru terbukti memiliki banyak sumber-sumber penambangan. Di Pulau Sumatera, penambangan sudah tercatat, bahkan beberapa tahun sebelum Masehi berdasarkan prasasti kerajaan Hindu dan catatan tua di China.

Dari segi keterdapatan emas di alam, logam mulia ini dapat ditemukan dalam bentuk murni (native) yang umumnya di sekitar sungai atau yang dikenal sebagai emas aluvial. Penambangan emas aluvial ini sangat sering dijumpai dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan dulang di sepanjang sungai di sekitar sumber emas aluvial itu berada. Sebagai contoh adalah penambangan oleh masyarakat lokal di sepanjang Sungai Batangmasumai, Jambi; Sungai Batang Natal, Sumatera Utara; dan Sungai Ciliunggunung, Sukabumi.

Selain dalam bentuk aluvial, emas juga dapat ditemukan terjebak dalam batuan dengan membentuk sebuah badan bijih masif yang ditambang dan diolah dengan metode yang lebih modern. Batuan mengandung emas ini tidak dapat langsung menghasilkan emas setelah diambil dari alam, tetapi membutuhkan pengolahan lebih lanjut, misalnya dengan merkuri atau sianida untuk memisahkannya dari pengotor. Badan bijih batuan yang mengandung emas terbentuk melalui aktivitas magma yang membawa emas dari dalam bumi melalui berbagai proses unik. Hasilnya adalah berbagai model endapan di alam dengan skala tonase (volume) yang lebih besar, seperti model endapan emas porfiri, low sulfidation (LS), high sulfidation (HS), orogenic gold, dan lainnya.

Ragam perbandingan kadar dan tonase ini tidak linear terhadap satu dan lainnya, tetapi justru tidak menentu karena sangat bergantung pada proses pembentukannya di alam. Seluruh kegiatan ekstraksi emas hingga menjadi emas murni yang digunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia perlu melalui proses mulai dari pencarian atau penemuan, penambangan dan pengolahan, serta pemurnian ini yang dikenal sebagai kegiatan pertambangan.